Minggu, 11 Desember 2011

SEJARAH DAN JENIS LENSA CANON


     Lensa Canon EF, dirilis pertama kali tahun 1987, bersamaan dengan sistem Canon EOS. Lensa Canon EF memiliki motor auto fokus sehingga tidak tergantung dari mekanik dari kamera. Kamera mengirimkan sinyal ke lensa melalui kontak elektronik yang terdapat di lensa dan kamera.
     Lensa EF cocok untuk kamera bersensor besar / full frame dan juga bisa dipakai untuk kamera yang bersensor lebih kecil (APS-H, APS-C). Di tahun 2003, Canon memperkenalkan lensa EF-S, yang merupakan lensa khusus untuk kamera yang bersensor APS-C. Lensa EF-S berukuran relatif lebih kecil, dan lebih terjangkau harganya dibandingkan dengan lensa EF yang sekelas, namun lensa EF-S tidak bisa digunakan untuk kamera bersensor full frame.
Teknologi lensa EF dan EF-S
Ultrasonic motor (USM)
     Lensa yang memiliki teknologi USM memiliki kinerja auto fokus yang lebih cepat, akurat dan tidak bersuara. Ada dua tipe USM, yaitu ring-type dan micromotor. Lensa yang memiliki USM ring-type memiliki kemampuan manual focus override (M/A), yang artinya kita bisa mengunakan lensa itu untuk manual fokus kapan saja kita inginkan dengan memutar cincin auto fokus. Di lensa tanpa ring-type, kita harus switch ke manual fokus terlebih dahulu. Tipe micromotor dibuat untuk mengurangi harga produksi lensa.
Image Stabilization
     Teknologi Image Stabilization (IS) terdapat di sebagian lensa EF dan EF-S. Image stabilization ini membantu meredam efek getaran dengan mengkompensasi gerakan lensa, sehingga hasil foto tidak blur akibat getaran tangan kita. Teknologi ini sangat membantu saat kita mengunakan shutter speed yang lambat, biasanya di kondisi cahaya yang kurang baik. Fitur ini sangat berguna di lensa telefoto / panjang, karena lensa telefoto sangat sensitif terhadap getaran.
     Karena Canon menetapkan teknologi lensa ini di dalam lensa, bukan kamera, maka kita bisa melihat efek peredaman getaran lensa di jendela bidik. Teknologi ini tidak membantu membekukan subjek yang bergerak cepat seperti motor, olahragawan atau satwa liar. Karena IS hanya meredam getaran tangan fotografer, maka, kita tidak perlu mengaktifkan IS ketika kamera sedang dipasang di tripod.
Hybrid IS
     Teknologi ini dikembangkan Canon tahun 2009. Hybrid IS dapat meredam getaran yang bersifat linear (naik turun), atau rotational (putar). Biasanya efektif untuk lensa makro. Di akhir tahun 2009, Canon merilis lensa Canon EF 100mm f/2.8 L IS USM, yang mengunakan teknologi ini.
DO (Diffractive Optics)
     Lensa dengan elemen DO lebih ringan dan kecil daripada lensa biasa. Sampai saat ini, hanya dua lensa yang memiliki elemen DO, yaitu Canon EF 70-300mm f/4.5-5.6 DO IS dan Canon EF 400mm f/4 DO IS USM. Tanda lensa DO yaitu cincin berwarna hijau. Adanya elemen ini membuat harga menjadi lebih mahal daripada lensa sejenis. Teknologi ini adalah teknologi unik yang dikembangkan oleh Canon.

 (Luxury)
     Lensa berlabel “L” bukanlah sebuah teknologi, tetapi label ini berfungsi untuk membedakan antara lensa dengan kualitas standar dengan lensa berkualitas tinggi. Lensa berlabel L biasanya memiliki kualitas yang sangat baik, memiliki teknologi USM, dan bisa dipakai untuk kamera bersensor full frame atau kamera bersensor lebih kecil. Lensa L paling cocok digunakan di kamera full frame dan dimudah diidentifikasi karena dibalut cincin berwarna merah.
     Banyak lensa L yang memiliki bukaan maksimum yang lebih besar dari lensa standar dan juga lebih kokoh. Banyak yang tahan cuaca buruk seperti hujan dan salju. Karena kualitas tinggi tersebut, lensa L dipasarkan dengan harga yang lebih tinggi dari lensa standar.

Sumber : http://www.infofotografi.com


1 komentar:

  1. Apakah sejarah perkembangan lensa Canon memiliki pengaruh signifikan terhadap dunia fotografi? salam Telkom University

    BalasHapus